Meningkatkan Infrastruktur SPAM: Kunci Resiliensi Air Minum di Era Perubahan Iklim


Oleh : Deni Putra Maharta

Pembimbing : Intan Diati Al-Yani

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, sebesar 60% dari berat badan orang dewasa terdiri dari air. Kebutuhan cairan setiap orang berbeda tergantung dari usia, jenis kelamin dan kadar obesitas.

Air memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia, air mendukung proses metabolisme dan pencernaan tubuh. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat mengonsumsi air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, kita harus mengonsumsi air minum yang layak agar tubuh terhindar dari penyakit yang disebabkan air yang terkontaminasi. Air minum merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Menurut Kementerian Kesehatan, air minum yang layak dikonsumsi setidaknya memenuhi kriteria tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa, tidak ada kotoran dan tidak mengandung bakteri dan zat beracun.

Untuk menentukan kualitas air minum, terdapat tiga parameter yang digunakan yaitu parameter fisik, parameter kimia dan parameter biologi.

Sumber: Kementerian Kesehatan

Pemerintah Indonesia menargetkan 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum aman yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024. Hal ini juga merupakan upaya Pemerintah dalam mencapai target 6.1 dari Sustainabe Development Goals (SDGs) yaitu untuk mencapai akses air minum aman untuk semua. Dalam proses pemenuhan ketersediaan air minum yang aman, berkualitas dan berkelanjutan menjadi semakin kompleks, terutama dengan adanya perubahan iklim. Oleh karena itu, proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang berkelanjutan menjadi semakin penting sebagai upaya untuk memperkuat resiliensi air minum.

Tinjauan Umum Infrastruktur SPAM dan Aspek Resiliensi

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah suatu sistem yang terdiri dari fasilitas produksi air minum, sistem pengolahan air, sistem penyimpanan air, serta sistem distribusi air yang digunakan untuk memastikan ketersediaan air minum yang aman dan berkualitas kepada masyarakat (Kementerian PUPR). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa infrastruktur SPAM memiliki peran dalam pengambilan air baku (unit air baku) yang kemudian diolah (unit produksi) sampai dengan menjadi air siap untuk di minum (unit distribusi). Infrastruktur SPAM yang baik dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan akses air minum. Selain dalam jasa penyediaan air, infrastruktur sektor air secara umum juga memiliki peran penting dalam mengurangi dampak risiko dari bencana alam seperti banjir dan kekeringan (Bank Dunia, 2019).

Resilience atau ketahanan didefinisikan sebagai pendekatan yang menguatkan keandalan layanan pada setiap titik dalam rantai layanan, yang pada gilirannya meningkatkan kapasitas sistem untuk terus menyediakan tingkat layanan yang disepakati secara andal, meskipun terjadi guncangan, serta meresponsnya (Bank Dunia, 2019). Infrastruktur SPAM terdiri dari tiga komponen penting yaitu unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Aspek resiliensi dalam infrastruktur SPAM diharapkan dapat memperhatikan seluruh komponen tersebut untuk menjaga keberlanjutan layanan, standar kualitas dan jumlah produksi air minum yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan pengguna, selama dan setelah terjadinya bencana alam.

Aspek resilien dalam penyediaan air minum menjadi semakin diperlukan terutama akibat dari perubahan iklim yang berdampak pada semakin tingginya tingkat keterjadian bencana alam.  Perubahan iklim dapat menyebabkan volume air yang terlalu banyak karena adanya curah hujan yang tinggi maupun volume air terlalu sedikit karena kekeringan. Dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam, kedua hal ini dapat terjadi bersamaan dengan lokasi yang berbeda. Oleh karena itu, penerapan manajemen sumber daya air sangat penting untuk dilakukan untuk menjamin keberlanjutan penyediaan air minum bagi masyarakat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Air Minum

Guna meningkatkan resiliensi pada infrastruktur SPAM, terdapat tiga kemampuan yang perlu dimiliki oleh infrastruktur SPAM yaitu kemampuan untuk menyerap dampak negatif dari peristiwa bencana alam, kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru selama dan setelah peristiwa bencana alam, dan kemampuan untuk memulihkan fungsi-fungsi yang rusak secara mandiri sehingga mencapai tingkat operasional yang sama atau lebih baik dari situasi sebelumnya. Aspek resiliensi perlu diterapkan pada seluruh tingkatan dalam pembangunan infrastruktur SPAM. Pembangunan resiliensi dilakukan melalui penggabungan langkah-langkah teknik dan institusional, peningkatan pasokan dan pengelolaan permintaan, termasuk langkah-langkah untuk meningkatkan estimasi sistem. Selain itu, partisipasi dan kolaborasi dari seluruh stakeholder pada seluruh tingkatan juga penting dari penyedia layanan, pemerintah daerah, dan pengguna akhir.

Langkah terpenting dalam mengoptimalkan resiliensi dalam infrastruktur SPAM adalah dengan memahami kompleksitas dari bencana alam, potensi efek dan dampak yang diperkirakan dari bencana tersebut. Hal ini akan dapat membantu dalam melakukan evaluasi resiliensi terhadap infrastruktur yang mungkin terdampak dari bencana yang terjadi sehingga dapat menentukan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk meningkatkan ketahanan bencana.

Evaluasi ketahanan terhadap infrastruktur dapat dilakukan pada masing-masing unit air baku, unit produksi dan unit distribusi, ataupun secara keseluruhan. Evaluasi dilakukan dengan mengkaji aspek teknis dan berdasarkan hasil kuantifikasi hilangnya fungsi infrastruktur SPAM dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan tingkat kejadian suatu bencana. Selain itu, evaluasi juga perlu dilakukan terhadap aspek lingkungan, sosial, organisasi dan ekonomi.

Menurut Bank Dunia, terdapat 6 (enam) prinsip yang perlu diperhatikan untuk membangun resiliensi sistem air.

1. Memahami sistem melalui analisis dan kekritisan jaringan

Pendekatan sistem air sebagai jaringan dan menerapkan analisis kritisitas jaringan pada komponen-komponennya adalah bagian penting dalam memahami sistem dan mengidentifikasi redundansi. Analisis jaringan dapat memperkuat pengambilan keputusan dalam menghadapi bahaya alam serta membantu perencanaan untuk meningkatkan ketahanan dengan mengutamakan tindakan dan area intervensi.

2. Meningkatkan pemeliharaan untuk mengurangi kerentanan dan peningkatan resiliensi

Pemeliharaan yang baik sangat penting untuk menjaga fungsi berkelanjutan dari sistem infrastruktur apa pun, terlepas dari kompleksitasnya. Pemeliharaan berkontribusi pada ketahanan sistem dengan mendukung keandalan layanan yang disediakan dan memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan ketahanan infrastruktur tersebut memberikan hasil yang diinginkan.

3. Melibatkan pengguna untuk pengelolaan permintaan

Keterlibatan pemangku kepentingan adalah kunci dalam membangun ketahanan sistem air dengan sukses. Melibatkan pengguna dalam pengambilan keputusan memastikan transparansi dan kepemilikan dalam proses membangun ketahanan, sementara pengguna layanan memainkan peran penting dalam mengelola permintaan layanan dan dapat memberikan masukan tentang cara layanan harus disesuaikan untuk melayani mereka dan lingkungan dengan lebih baik.

4. Bekerja dengan alam untuk mengelola dan merespon risiko

Integrasi infrastruktur hijau dan abu-abu dalam seluruh siklus manajemen air dan penyediaan layanan air telah terbukti mengurangi dampak dari bahaya alam. Perencana harus mempertimbangkan integrasi ini dalam membangun ketahanan masa depan untuk sistem air, khususnya dalam interaksi dengan sektor lain dan ketika mencari opsi dengan biaya rendah dan manfaat tinggi.

5. Penyusunan dan pengelolaan kontinjensi

Karena penyedia layanan tidak dapat melindungi diri mereka dari semua risiko, perencanaan untuk risiko residu memungkinkan mereka mengelolanya dengan sukses dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif. Perencanaan kontingensi memiliki peran ganda dalam memastikan ada langkah-langkah yang tersedia untuk menghadapi risiko residu sambil memahamkan orang tentang skenario kegagalan yang mungkin terjadi dan tindakan yang terkait.

6. Penerapan inovasi yang tepat

Inovasi telah membawa banyak peningkatan dalam perencanaan resiliensi, melalui bahan yang lebih tahan lama, pengelolaan yang lebih baik, dan pembebasan sumber daya dari biaya modal atau operasional rutin untuk diinvestasikan dalam resiliensi. Meskipun inovasi masa depan diperkirakan akan terus berkontribusi pada aspek-aspek tersebut dan harus didukung, perencana harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam solusi inovatif yang tidak fleksibel dan harus disertai dengan pembangunan kapasitas yang tepat.

Penutup

Penguatan aspek resiliensi dalam proyek infrastruktur SPAM memberikan dampak positif dalam proses penyediaan layanan air minum secara keseluruhan. Secara umum, dampak dari penguatan aspek resiliensi dalam infrastruktur SPAM adalah terjaminnya keberlanjutan penyediaan air minum meskipun sedang atau setelah terjadinya bencana alam. Keberlanjutan penyediaan air minum dilihat dari aspek kualitas dan kuantitas air minum.

Peningkatan resiliensi infrastruktur SPAM merupakan salah satu upaya dalam mencapai SDG 6: Ensure access to water and sanitation for all dimana salah satu targetnya adalah untuk mencapai akses universal dan merata terhadap air minum aman dan terjangkau bagi semua pada tahun 2030. Adanya dampak dari perubahan iklim membuat pencapaian target tersebut menjadi semakin banyak tantangan karena perubahan iklim mempengaruhi resiliensi infrastruktur SPAM. Oleh karena itu, manajemen sumber daya air yang baik diperlukan untuk dapat menjamin penyediaan air minum yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Penerapan aspek resiliensi dalam infrastruktur SPAM perlu dilakukan pada seluruh tingkatan siklus hidup proyek dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait. Partisipasi dan kolaborasi seluruh stakeholder sangat penting untuk memastikan keberhasilan penerapan aspek resiliensi pada infrastruktur SPAM.

Sumber: